Aku Tak Tahu Arti Tangis mu
Aku tak tahu arti tangismu..........
aku tidak rela negeri ini hancur....namun memang akan hancur dengan sendiri...dan aku tak kuasa..!!!
"
Aku lihat orang berkerumun dengan menggunakan atribut yang sama. Berbondong bondong menuju tenda panggung yang teduh. Suara raungan sepeda motor mendengung sampai mengguncang gendang telinga. Asap-asap itu melayang dalam euforia. Seakan mereka bakal mengira harga bbm akan digratiskan...ya pada hari itu.
Gendongan bayi yang terdekap dalam kain kumuh itu berguncang meliuk bersama joged para ibu yang dipandu juru orasi yang telah dibayar.
..........................
selang beberapa hari,......
aku menonton pengambilan sumpah berhias sebuah hiasan Kitab suci yang mungkin sebagai perlambang.
Ada tangis dari mereka yang terpilih, dan ada haru berselimut senyum puas yang di dramatisir seorang istri ketika membalas ucapan selamat.
...................
Selang beberapa hari,.....
aku menonton antrian di sebuah SPBU yang berplang kayu.."HABIS". Dan sebuah fenomena kebalikan negeri yang makmur dengan tongkat ditancap menjadi tanaman. Yach...tanaman kesengsaraaan...
fenonema itu adalah tangis ibu yang kering ketika anaknya 14 tahun sudah menjadi bunga tempat tidur yang reyot.
Sebuah solusi janji berupa berapa banyak bapak yang bunuh diri karena malu akan harga diri sebagai suami.
Mereka semua dalam tangis.
Tiba.... anakku datang sambil menangis..
"pak..lapar...lapar!!
Aku menoleh, dan seketika itu anakku melihat airmataku yang meleleh.
"Bapak menangis..?"
Sesaat kemudian terlihat diberita, pemimpin bangsa ini menangis terharu karena sebuah penghargaan telah diterimanya.
(Umar bin khotob menangis ketika diangkat sebagai pemimpin...tapi tangisnya adalah ketakutan jika rakyatnya menangis. Namun yang disumpah dengan kalimat suci di negeri ini...tangis adalah kebahagiaan karena bisa membuat rakyat semakin menangis)