Di Kolam Ikan, Ryan Mengubur Dendam dan Kenangan Pahit

Pink : "...lewat flash back history Ryan yang aku ambil dari kompas, aku ingin meminta berbagai ragam komentar anda. Sebab pada dasarnya, dalam kasus Ryan banyak sudut pandang yang diambil dalam menyimpulkan seorang Ryan. Namun bagaimanapun pendapat anda tentang sosok Ryan, namun bagi perjalanan waktu...Ryan adalah tetap sebagai seorang pembunuh."

"..............Suatu hari di bulan Juli 2007, di Dusun Maijo, Jatiwates, Jombang, Jawa Timur, seorang pria berkulit mulus memukul belakang kepala kawannya dengan benda keras hingga rubuh, tewas.

Diseretnya jenazah ke tepian kolam ikan di halaman belakang rumah orangtuanya. Pria itu lalu membawa gulungan kasur dari kamarnya. Di tepi kolam, kasur ia gelar. Jenazah ia letakkan di atas kasur, lalu ia gulung.

Gulungan kasur dan jenazah ia guyur dengan minyak tanah lalu ia nyalakan. Pria itu terus berdiri di sana sampai api padam dan menggulirkan sisa bakaran ke kolam. Ia lalu duduk di tepian kolam dan menangisi perbuatannya. Puas menangisi kelakuannya, ia berdiri pelan-pelan dan mengayunkan cangkul, mengubur kolam ikannya, mengubur jenazah yang masih tersisa.

Pria itu diduga bernama Very Idam Henyansyah (baca : Heniyansyah) alias Ryan (30). Korbannya bernama Guruh Setyo Pramono (27). Setelah kejadian itu, bungsu dua bersaudara kelahiran Jombang 1 Februari 1978 itu menyesal.

Ia menyesal karena kehilangan kolam ikannya, tempat dia bisa berlama-lama di sana. Di tepian kolam dan rerimbunan pohon bambu itu, ia biasa duduk menumpahkan segala kekesalannya, kerisauannya, mimpi-mimpi dan harapannya, bahkan teriakan tangisnya dengan bebas.

"Sejak kecil, Very (panggilan Ryan di lingkungan keluarganya) memang suka memelihara dan bermain dengan ikan-ikannya. Kadang dia suka berbicara sendiri dengan ikan-ikan kesayangannya," tutur kakaknya, Mulyo Wasis (44) di rumahnya di kawasan Tembelang, Jombang, Jatim, Kamis (24/7) siang.

Menurut guru SD beranak empat ini, meski periang dan pandai bicara, dia sebenarnya orang yang tertutup. Dia tak suka bicara pada hal-hal yang dia nilai tidak perlu. Wasis menjelaskan, ia dan Ryan adalah kakak beradik lain ayah, satu ibu. "Jadi, dia bisa disebut anak tunggal, atau anak bungsu. Dia sangat disayang ayahnya," tuturnya.

Ryan yang kecil lebih banyak hidup di lingkungan pesantren karena kedua orang tuanya lebih banyak di luar rumah, bekerja. Sedang Wasis, cepat menikah dan tenggelam oleh kesibukannya sendiri dengan ayah kandungnya.

Sampai sekarang pun, rumah yang ditinggali Ryan lebih banyak kosong. Ayah Ryan, Ahmad Maskur yang pensiunan Satpam sebuah pabrik gula dan Kasiatun istrinya, lebih suka tinggal di rumah Wasis. "Biasanya mereka menginap di rumah saya hari Kamis sampai Sabtu. Sehari-hari ibu berjualan kain keliling dan pulang malam, sedang ayah Ryan lebih suka bermain dengan cucunya, anak-anak saya. Dia baru kembali dari rumah saya pada sore hari," ungkap Wasis.

Boneka

Menurut dia, perilaku Ryan banyak berubah ketika ia duduk di bangku SMP. Suatu hari, usai bertamasya ke pantai selatan Jatim dengan kawan-kawan sekolahnya di SMP, Ryan bercerita kepada Wasis, dia mendapat boneka kencana dari kayu cendana pemberian penguasa pantai selatan, Ratu Kidul.

Ryan mendapat bisikan dari sang ratu agar menjadi menantunya, tapi Ryan menolak. "Kata dia, kalau dia menerima tawaran sang Ratu, itu artinya Ryan mati. Saya hanya mengangguk-anggukkan kepala saja tanda percaya," jelas Wasis.

Sebulan kemudian, Ryan mengaku bonekanya hilang. "Seingat saya, setelah kejadian itu, perilaku Ryan banyak berubah. Dia lebih banyak menekuni kegiatan keputrian seperti menari dan bersolek. Perilakunya pun seperti perempuan," katanya.

Kalau marah, lanjut Wasis, dia menghancurkan atau merusak hampir seluruh isi rumah. Setelah itu lari ke belakang dan duduk di tepian kolam ikannya.

Wasis mengaku tidak dekat dengan adiknya. Lebih-lebih ketika satu saat ia menasihati Ryan cepat menikah, agar orangtuanya mendapat momongan. "Nanti kalau kamu berangkat tua, anak-anakmu sudah besar," kata Wasis kepada Ryan.

Ryan marah. Ia kembali ke rumahnya. Sejak itu, Ryan tak pernah bertemu atau mampir ke rumah Wasis.

Cerdas, Cekatan

Di lingkungan kawan dan gurunya di SD-SMP-SMA, di samping dikenal lebih dekat dan lebih banyak berkawan dengan perempuan, Ryan dikenal cerdas, cekatan, dan pandai bergaul. Ia sempat menjadi siswa sekolah favorit, SMA Negeri Satu, Jombang.

"Sejak SD dia lebih dekat dan disayang kawan-kawan perempuannya karena sikapnya yang periang, berbudi halus, dan cerdas. Guru-guru senang kepadanya. Di sekolah, dia di atas rata-rata. Ya, dia suka bulu tangkis dan voli," tutur Umi Habibah (40), mantan guru Ryan di SD Negeri Dua, Jatiwates.

Sepengamatannya, sikap Ryan menjadi seperti perempuan ketika SMP. Ryan melanjutkan SMP-nya di SMP Negeri I,Tembelang. Menurut mantan gurunya di situ, Marsudi (47) dan Marmiati (48) yang ditemui terpisah, Ryan banyak terlibat kegiatan kesenian, terutama menari.

"Wah, kalau sudah soal ini, dia jadi begitu sibuk. Kalau tidak jadi panitia ya manggung. Kalau tidak di kamar rias membantu kawan-kawannya, ya menari. Kalau tidak, ya jadi peragawan," kenang Marsudi.

Pernah satu saat Ryan datang ke rumah Marsudi meminjam uang untuk modal menjadi penghibur (entertainer) yang handal. "Jauh setelah itu, ketika dia mampir ke rumah saya lagi, dia mengaku telah sukses di Jakarta sebagai penghibur. Cara berbusananya pun sudah seperti kaum Jet Set Jakarta," paparnya.

Tapi menurut kawan masa kecilnya, Wafiyul Ahdi (27), lama lama Ryan tak lagi menyenangkan. Tak lagi secerdas, secekatan dulu. Budi baiknya pun kian merosot.

Memasuki bangku SMA, Ryan mulai suka membual tentang kesuksesan dirinya. "Dia mengaku punya perusahaan antara lain di Jakarta dan Australia. Dia suka mengobral janji. Dia mengaku sebagai anak seorang tokoh di Jombang dan mengingkari kedua orangtuanya. Saya prihatin. Ryan yang dulu sudah berubah," jelas Ahdi.

Padahal, lanjutnya, dulu waktu SMP, dia orang yang tabah menghadapi ejekan kawan-kawannya yang menganggap dirinya banci. Setiap ejekan, ia balas hanya dengan senyuman cerah. Ryan tetap terbuka dan tak pernah membedabedakan kawan.

Ke Jakarta

Teman Ryan lainnya di SMA Kabuh, Sulistyowati (30), beda pendapat. Menurut dia, selama sekolah di sana, Ryan tetap sabar diejek banci oleh kawan-kawannya. Kekuatannya merayu dan meyakinkan orang bahkan kian menonjol.

Meski demikian, di SMA, Ryan kian labil. Di SMA Satu dia cuma sebulan. Pindah ke SMA Kabuh dan bertahan satu semester, lalu pindah ke SMA III. Di sana ia cuma bertahan sebulan, setelah itu ia ke Jakarta.

Di ibu kota, ia merasa lebih diterima dan bertemu kalangan homoseks dari kalangan menengah ke atas sampai akhirnya ia membunuh Guruh alias Guntur.

Korban Ryan berikutnya adalah Grandy (25) seorang warga negara Belanda yang ia bunuh pada bulan Januari 2008. Lalu Vincentius Yudhy Priyono (30), dan Ariel Somba Sitanggang (34) yang ia bunuh pada bulan April.

Ketiga jenazah ditemukan terkubur dekat kuburan Guruh. Tepatnya di belakang peturasan. Polisi mulai membongkar rangkaian pembunuhan yang ia lakukan ketika ditemukan tujuh potongan mayat di Jalan Kebagusan Raya, dekat SD Negeri Ragunan XIV, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (12/7) pukul 08.00.

Jenazah kemudian dikenali sebagai Heri Santoso (40). Menanggapi kasus Ryan, Psikolog Forensik UI, Reza Indragiri Amriel mengutip sejumlah hasil riset mengatakan, separuh kasus pembunuhan berangkai dilakukan oleh orang-orang yang mengalami penganiayaan psikologis ketika kecil seperti dialami Ryan.

Untuk memulihkan kondisi kejiwaan Ryan, "Prinsipnya, korban harus merasa diterima lingkungannya. Ia harus sadar bahwa ia salah, tetapi ia bukan lantas menjadi sampah. Setelah mulai tumbuh sikap itu, barulah diadakan serangkaian terapi psikologis lainnya," tuturnya.

Tentang makna kolam ikan bagi Ryan? "Ia seperti hendak mengubur masa kecilnya yang pahit dengan balas dendam, lalu menguburkannya bersama-sama di sana."

sumber :Ingki Rinaldi,C Windoro AT
Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network. Kompas
----------------------------------------------------------------------------------------
* Beri komentar anda tentang Ryan. Dan aku yakin suara anda adalah termasuk suara yang mewakili sudut pandang seseorang yang peduli Indonesia.

Blogger template 'Pinki' by Ourblogtemplates.com 2008

Jump to TOP