Jangan Panggil Durhaka..!!

Anak bukan milik....anak adalah titipan. mari kita jaga konsep itu bersama-sama
"


Jangan pernah menyebutku anak durhaka…!!
Sebab konotasi durhaka bagiku adalah sebuah hal yang buruk dan tak punya argumentasi untuk kebenaran. Durhaka memberi makna sesuatu yang tak berterima kasih, sesuatu yang acuh.

Aku adalah anak panah yang lepas dari busur. Karena mereka menyiapkan bidikan kea rah sasaran. Namun kita tidak pernah tahu, ketika saat melesat, ada angin yang menghempas keras sehingga anak panah itu meleset dari bidikan. Atau mungkin tanganmu gemetar ketika memegang busur sehingga anak panah itu bergoyang. Dan tidak selayaknya menyalahkan anak panah yang telah tembakkan
…………………
Sesosok janin yang berkembang menjadi jabang dan orang menyebutnya bayi mungil, dilahirkan dalam keadaan bersinar, tangisnya adalah menyambut dunia, tangisnya adalah harapan semua. Dan tangisnya adalah buah cinta yang perlu dipelihara.”
…aku mengakhiri tulisanku yang besok harus diserahkan ke tabloid tempat kerjaku.
……………
Cukup lama aku memandang amanah Tuhan yang tergolek disisi istriku. Matanya yang terpenjam sambil mulut menetek kuat ibunya sangat menandakan betapa damainya terlahir menikmati dunia dengan lingkupan cinta. Begitu juga aku, merasakan yang sama, apalagi ketika air hangat mengalir menyentuh kulit pahaku. Semakin damai karena telah menjadi manusia pilihan Tuhan yang dititipi sosok kesucian.

Jarum jam semakin beranjak ke kanan, tepatnya berada dalam posisi jam 2 (dua). Malam semakin larut dalam kesenyapan. Dan dalam kesenyapan malam dan kelelapan tidur, beberapa kali dibangunkan oleh tangis anakku yang kuartikan seolah menyapa malam.

Ketika terakhir kali tangis itu pecah agak lama, sebab seekor nyamuk telah memberikan rasa gatal pada pangkal pahanya. Istriku terbangun dan matanya melirik bentol merah itu, dan tanpa perintah…. Sebuah jalar bambu diayunkan dan mengenai nyamuk yang tak kuat melayang karena tumbuhnya hitam gemuk karena kebanyakan darah.
”tess…” Nyamuk itu jatuh dan mati.

Kuperhatikan wajah istriku tersenyum puas. Sejenak aku meliriknya. Dan hatiku mulai bertanya…..apakah itu perwujudan kasih sayang atau perasaan memilikinya yang begitu besar dari nyawa berbentuk mungil ini. Aku memandang wajah tanpa dosa kecil itu yang mulutnya kembali menetek pada ibunya.

Ketika kulanjutkn tidurku…sempat aku berharap…semoga peristiwa seperti tadi bukan tanda pamrih istriku bagi anakku untuk kemudian hari karena ku berpikir sudah sepantasnya kita memberikan pelindungan dari titipan yang dipercayakan kita.
“Goblok”…terdengar teriakan tetanggaku sebelah membentak anaknya
Aku terbangun pukul 5 pagi, bukan karena alarm jam. Namun teriakan itu menusuk telingaku dan tak bisa membuatku untuk tertidur lagi.

“Brakkk..!!” sebuah bunyi yang agak memekakkan telinga terdengar begitu berisik.
Kulihat anakku masih saja terlelap sedangkan istriku yang telah bangun hanya menggelengkan kepala sambil matanya mengarah ke samping, asal bunyi tadi.
“Bak mandi saja masih kosong, apa mau mandi pake tanah..!!”
“Percuma saja ibumu memandikan kamu waktu kecil.”
“Saatnya kamu menganti jasa ibu…tau.”
“Glontang.”. Suara berisik itu kembali terdengar, dan sejenak ditimpali suara tangis
Ya…tangis Andi yang baru masuk kelas 2 SD itu begitu sering, seakan tak jemu menyapa pagi dengan kepedihannya.

Sejenak, aku melihat anakku yang masih pulas, dan kuperhatikan istriku sehingga mata kami saling beradu. Kami saling tatap dalam kebisuan tanpa ada respon kata sama sekali. Mungkin yang kami pikirkan sama, kemudian kami saling menatap wajah damai anakku.
Suasana kembali sunyi.
………………………
Air wudlu telah membasuh wajahku, dan setelah sholat subuh. Aku mengangkat tangan untuk mulai memanjatkan ….
“Brak….!!”
“Dasar Anak pemalas, gak tau diri, bangsat!!! Anak durhaka…!!
“Anak Anjing…!!”
Suara itu kembali menyeruak, dan yang ini semakin menggores keindahan pagi.
Tak kuasa aku mendengar, hati ini seperti ditikam pedih, namun kupaksakan tangan ini untuk tetap terangkat.

“Tuhan….pagi ini tak banyak kata yang aku mohonkan….hanya satu Rabbi…kuatkan dan jadikan kami orang yang bijaksana dalam menjaga amanahmu. Jadikan kami orang yang tak merasa memiliki. Jadikan kami orang-orang yang paham akan hakekat tanda-tanda-MU.”

“oek..oekkkk…!!” aku tersentak dengan suara itu, dan itu begitu jelas.
Wajahku kupalingkan kebelakang, sesosok bayi mungil tersenyum damai dalam gendongan istriku.

Blogger template 'Pinki' by Ourblogtemplates.com 2008

Jump to TOP