PROSESI WISUDA YANG BIKIN BERANG

Sorry teman..baru bisa share story nih…soalnya baru saja sakit.
Sekarang dah mendingan….namun suara nih masih serak dibawah -25 oktav (he..he..)..belum normal nih.


Ok… dah…. Mulai cerita nih
……………………………………………………………………….
Awal yang tidak mengenakkan

Tepat hari jum’at pagi jam 7 kurang, aku, istri n my baby sudah start. Sepeda jepang-ku menyusuri jalan desa yang bisa membuat bisul di pantat pecah..soalnya jalan yang seharusnya selesai bulan lalu, tidak kunjung selesai karena pengembangnya melarikan diri.

Ok…sampai di lokasi berkumpul yang ditentukan, masih sepi-sepi saja..soalnya bis yang ditunggu belum juga nongol. Dan dengan wajah agak manyun, beberapa penunggu berusaha menyabarkan diri dengan berbagai aktivitas sambil menunggu bis datang. Dan tepat 1 jam, bis sudah nampak dari arah timur.

Sebelum menaiki bis, kudengar beberapa teman “nggrundel”, karena bis yang datang adalah minibus. Pastilah berdesak-desakkan….dan ternyata benar…ada beberapa penumpang kebagian duduk di bangku plastik tepat ditengah bis, padahal mereka juga bayar full….. ( nasib..nasib ). Untungnya aku bisa dapatkan tempat duduk sebangku dengan istri ‘n my baby, walaupun harus menekuk kaki akibat jarak antar bangku depan dan belakang tak kurang dari 20 cm.

………………..
Bis bergerak menuju arah barat, “…wah..wah pasti lewat arah selatan nih,,,Jombang, cangar, pujon…………………..”

“Kenapa lewat Jombang, kan enakkan lewat Mojokerto…lebih cepat dan ga bikin pusing”. Tanyaku pada sopir.
Sopir menjawab lirih…” Disuruh lewat sini pak….sebetulnya sih enakkan lewat Mojokerto..”

Memang aku akui, lewat jalur Jombang itu pemandangan bagus, namun jalan yang berkelok-kelok itu pasti membuat aku ada “kerjaan baru”.
Kerjaan baru…? Yach … apa yang aku khawatirkan ternyata terwujud juga. Istri dan anakku muntah-muntah dan aku harus sibuk memijit, mengoleskan kayu putih dan memegang kantong plastik untuk tempat muntah.

Parkiran Yang Semrawut

Sampai di Malang, sopir kebingungan dengan tempat yang dituju. Soalnya Koordinator tidak mendampingi dan tidak memberi instruksi. Untungnya ada beberapa teman yang ingat akan lokasi tersebut.

Waktu mau masuk jalan yang ada di dekat kampus. Rombongan kita di cegat seorang “Tukang Parkir”.
“ Parkir disini saja…soalnya penuh…!”

Wah..ini akal-akalan tukang parkir liar. Lagian kalo parkir disini jalan ke kampus menempuh 1/2 km..mati aku..!!
Akhirnya kami bersepakat..bagaimanapun bis harus bias parkir sedekat mungkin dengan kampus.

Dan memang parkir di depan kampus sudah penuh sesak. Namun bis kami berusaha untuk mencari tempat yang bisa untuk parkir.
Untungnya dapat ..walaupun di jalan perumahan.
Aku berpikir…………wah payah…!!!! Kenapa koordinator kampus kok ga professional…seharusnya untuk urusan parkir disediakan, jadi tidak ruwet.

Melihat parkiran itu membuat aku berpikiran, ga perlu ke kampus dan langsung ke hotel aja..atau rekreasi lah, daripada mengikuti acara gladi resik di kampus. Menurutku itu tidak simple, masalah prosesi itu mahasiswa bisa dikasih arahan lewat sosialisasi koordinator cabang, itu sudah cukup.

Menjadi Gelandangan di Kota Malang

Setelah acara gladi resik selesai. Kami bersepakat untuk langsung pulang. Maklum hari sudah petang dan kondisi fisik kami mulai lelah. Apalagi besok harus bangun pagi-pagi untuk acara wisuda.

Namun apa yang terjadi, saya perhatikan beberapa mahasiswa putra bingung masalah penginapan.

“Penginapan kan tanggung jawab koordinator. Seperti janji kemarin?” tanyaku pada salah seorang rekan istriku.
“Iya mas…tapi ini koordinatornya ga tanggung jawab. Di hubungi tidak bisa..”

Mati aku…. Bagaimana ntar istri dan anakku tidur? Kulihat beberapa orang yang juga mengajak anaknya juga kebingungan.
Setelah dibiarkan lebih 1 jam seperti gelandangan, Akhirnya beberapa rekan berinisiatif mencari tempat sendiri melalui calo. Namun…selang beberapa waktu… koordinator goblok itu tiba….
“Gimana pak ..masalah hotelnya?”
“sabar..sabar..sudah kita booking”

Akhirnya…kami disuruh naik bis dan mulai berangkat menuju penginapan yang dijanjikan. Dengan perasaan kesal dan sedikit agak lega, kami pun mengikuti perintahnya. Sedangkan penawaran dari sang calo terpaksa di batalkan.
Namun…. Dalam perjalanan kami dihentikan koordinator di depan stasiun KA. Dan aku lihat beberapa koordinator seperti berunding dan nampak kebingungan.
Wah payah…. Berarti mereka belum dapat penginapan…tujuan mereka membawa kami adalah supaya jalan di depan kampus ga macet karena bis kami yang parkir dan yang kedua menenangkan hati kami yang mulai panas.

Aku sudah ga sabar lagi……
Untungnya tepat 1 jam bis disuruh berangkat dengan salah seorang koordinator berkulit hitam, botak ikut sebagai penunjuk arah.
Bis kami berhenti tepat di depan hotel….Hotel??? bukan …!! Tidak pantas disebut hotel….tapi losmen…ya losmen!!

Wah payah….ini pasti tidak beres.
Ketika koordinator berunding dengan pihak losmen… aku menyelonong masuk.
“Pak …ada apa ini…kami kok dipingpong kayak begini?” tanyaku kepada koordinator
“Ga ada apa-apa pak…?”
“Kenapa cari hotel kok lama, katanya kemaren sudah dibooking?”
“Memang sudah di booking, namun kita menunggu kedatangan dari rombongan lain.”
“O..begitu.. berarti itu alasannya…? Kenapa kita ga di suruh duluan jadi ga nunggu lama?
“ntar yang lain kesasar…!”
Busyet….Amblek!!...jawaban apa, alasan apa itu…kalo memang benar kenapa setiap rombongan ga dikasih alamat yang jelas. Alasan itu hanya untuk menutup-nutupi ke-tidak profesiobnal mereka. Padahal mereka baru saja mencari-cari hotel dan ketemu losmen kayak begini.
“Ok…. Terus masalah tarif per kamar..?” tanyaku lagi
”Gampang pak…itu urusan koordinator”
Jawaban sangat lucu itu membuat merah telingaku. Kenapa ga transparan saja? Kalo cari untung bilang saja?
Aku ga mau ribut-ribut.

Ketika aku mau masuk kamar, koordinator berjenggot yang gayanya sok alim padahal kata teman-teman ia paling doyang uang. (Tuyul..kali), itu merangkul aku.
”sabar pak, mohon maaf”
“Ok lah pak, tapi bapak harus professional, kasihan teman-teman ditelantarkan seperti gelandangan dan dipingpong.”
“Iya pak…saya minta maaf”
Akhirnya..kita masuk losmen, aku lihat model losmennya seperti-nya aku kenal. Dimana yach bentuk losmen kayak ini?....o ya di film-film horror.
Losmen yang sangat jauh dibilang bagus. Temboknya aja peninggalan jaman belanda.

Di ruang loby aku didatangi koordinator berjanggut. Ini pak kuncinya…satu kamar 2 keluarga dan harga satu kamar Rp.60.000,-
Duink…Busyett….2 keluarga!!!
Kalo satu kamar dua keluarga…rencana bulan madu batal….wah…wah!!
“Apa ga ada yang satu kamar satu?”
“Ga ada pak.”
Akhirnya aku mengalah….. masuk kamar kulihat lemari kuno, kasur jelek dan tanpa selimut. Masuk kamar mandi air kran ga menetes….Sial…Sial..!!
Koordinator brengsekkkk!!!!

Pagi Yang Muram

Pagi sekali aku bangun, aku keluar kamar dan kulihat beberapa teman istriku sudah siap-siap dan berdandan. Aku pergi keluar losmen untuk sekedar jalan-jalan dan kembali. Ku lihat tukang photo sudah berada di hotel dengan kain backgroundnya dan beberapa calon sarjana itu berebut photo.

Aku lihat istriku ssedang bersolek dengan baju kebanggaannya…TOGA…baju sakral sementara, yang katanya bisa mengubah dunia..he…he. Sedangkan aku lihat anakku dengan baju baru masih sibuk bermain dengan mainannya.

Dan akhirnya kami keluar kamar…. Dirung loby..aku menedengar ada teman istriku yang kehilangan HP….!! Wow…..Losmen yang bersahabat……!!!

Selang beberapa waktu kami berangkat menuju kampus, dan sampai di depan kampus…jalanan macet sekali. Istriku dan teman-teman turun lebih dulu sebab untuk masuk, calon wisudawan berbeda dengan tamu. Wisudawan di depan dan tamu dari pintu belakang.


Peraturan dari Universitas yang Aneh


Aku dan pengiring masuk dari belakang. Anakku ku gendong, dan beberapa teman lain juga menggendong anaknya. Ketika kami mau masuk dan menukar undangan.
“Ma’af, hanya satu orang…anak kecil dilarang masuk..!”
Busyet….peraturan apaan ????
“Kenapa emangnya mbak….. kan bisa dipangku?” tanyaku
“Ma’af pak, sudah peraturan.”
“Peraturan..ok. mbak!!! Perlu mbak ketahui kami jauh-jauh ingin menyaksikan prosesi.”
“Iya pak…bapak bisa lihat prosesi lewat monitor di luar.”
Kebo gudel……Sebuah peraturan yang tidak sangat sopan…!!

Aku hanya berpikir…. Universitas apaan….kok ga professional?? Kenapa jika ada peraturan brengsek tersebut ga di khabarkan sejak semula. Sehingga kami bisa memutuskan saat di rumah. AKu heran sama system koordinasi universitas ini.

Akhirnya setelah menunggu lama. Istriku datang dengan wajah cemberut.
“Lho calon sarjana kok cemberut…?” godaku
“Masak orang dibiarkan kelaparan…. ?”
“Lho kok bisa?”
“Katanya disuruh menukar kartu untuk dapat nasi….eh katanya disuruh ke koordinator, Tanya ke koordinator….sudah ga ada.”
Payah…payah…..payah……..!!!!

Memberi Support

Dan akhirnya bis mulai melaju untuk pulang. Dan sebelumnya aku sudah mewanti-wanti kepada pak sopir untuk lewat jalur timur, supaya aku gak dapat “kerjaan” lagi.
Ok…dan akhirnya bis meluncur.
Namun dalam perjalanan ada suatu yang aneh, dan itu membikin aku berang. Soalnya teman-teman disuruh menarik uang losmen per kepala Rp.25.000,-. Katanya per-kamar Rp.60.000,-. Jika per orang Rp.25.000,- jadi per-kamar kenanya Rp.100.000,-.
Sekali lagi… kita di jebak….di bohongi..!!!

Terang saja aku minta penjelasan.
“Kemarin bilang segitu sekarang kok lain..”
“Ga tau mas…ini baru dapat sms dari pak”jenggot””.
“Saya bayar ga,,pa..pa bukan masalah uang. Tapi kalo terus di bohongin..itu yang buat saya ga ikhlas..!! Sekarang gimana teman-teman sepakat bayar berapa..?”
“Ya ngalah aja mas…!”

Duenkkkk..!! …jawaban pasrah itu membuat aku ga bisa berbuat apa-apa
Akhirnya waktu turun sejenak di pasar Lawang…aku hampiri beberapa teman istriku yang pria. Mereka aku ajak diskusi dan sedikit memberi support mereka.
“Sebenarnya saya tidak ikut campur dalam urusan ini, namun saya mempunyai kewajiban terhadap istri saya. Sehingga saya jadi ikut campur masalah ini.!!
Ok…. Saya tahu, sampeyan-sampeyan adalah mahasiswa “butuh” bukan mahasiswa reguler, ikatan perkumpulan sampeyan ga kuat sehingga gampang untuk di tekan. Dari pertama saja kita sudah mengetahui pola permainan yang merugikan kita, dan kita hanya diam saja.”
“Kita takut, mas”
“kenapa takut?....jika anda takut dengan kebohongan, maka anda akan terus menjadi korban.”
Kulihat mereka manggut-manggut…dan berbisik-bisik.
“bagaimana….?”
“Iya betul mas….kita harus lebih solid…”.
“Apalagi untuk pengambilan ijazah mas…kami khawatir disuruh mbayar lagi soalnya mereka tahu kita butuh. Padahal dulu mereka bilang tanpa ada biaya”

Aku hanya diam. Kuhisap rokokku dalam-dalam…menikmati dinginnya hawa pasar lawang. Mataku menatap suatu hal yang menarik…

“Seorang bocah kecil…mempermainkan semut dengan memberinya gula sehingga semut itu berdatangan, Setelah semut itu berkumpul…tangan kecil itu menutupnya dengan gelas..sehingga semut itu terperangkap..!!”

Blogger template 'Pinki' by Ourblogtemplates.com 2008

Jump to TOP