Dalam Rengkuhan Bumi
Bumi tersadar dari tidur sementara
hari ini sebelum saat dzuhur tiba ia akan mendapatkan makanan
sambil membayangkan...
perutnya bergemerincing seperti gelang sepuhan
sungguh lezat seperti dahulu...
bumi menepuk-nepuk ususnya
agar sisa-sisa kemarin dapat tergelontor
menggelontor keluar bersama cacing dan belatung yang berpesta
Udara masih pagi
dan kabut masih menyelimuti kesenyapan
kesenyapan merengkuh kegalauan
kegalauan merambah hati-hati yang dirundung rasa tak menentu
sebab hari ini...
antara duka yang meratap
antara suka yang berpesta
dan antara muslihat yang menjilat saling terpaku
menanti, menanti demi detik-detik prosesi
Hari ini...
dua kuintal melati masih tak semerbak harumnya
terkalahkan oleh aroma airmata yang menjuntai ke dalam tanah
bumi tersentak...
mengharap makanan tak kunjung datang
melainkan airmata yang mengalir deras ke tenggorakan bumi
bumi bertanya dalam kebisuan
kenapa bukan tubuh yang lezat yang datang
Saat surya melenggang tepat di tengah
sekeping mutiara berbalut kain putih mulai merambah ke liang bumi
diiringi airmata yang menjuntai ke paru-paru tanah
dan antara duka yang meratap
antara suka yang berpesta
dan antara muslihat yang menjilat saling terharu
Bumi mulai bingung
bukannya kabar telah membisiki bahwa dia akan mendapatkan kekenyangan
kenapa... mutiara yang berbalut kafan yang dikirim
kenapa... airmata seluruh alam yang diminum
kenapa...
Di antara kebingungan...
bumi tetap untuk bisa menerima
menerimanya sebagai teman yang tertidur panjang
amat panjang untuk dikenang
Sedangkan...
antara duka yang meratap
antara suka yang berpesta
dan antara muslihat yang menjilat
saling terlupa dalam sekejap